Penalaran Deduktif

23.02



Penalaran deduktif adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif adalah :
Contoh
- semua hewan punya mata
- anjing termasuk hewan
:. anjing punya mata

Jenis-jenis Penalaran Deduktif  :
1.Silogisme
Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Bentuk silogisme :
1.         Silogisme kategoris : terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
2.         Silogisme hipotesis : salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.
Misalnya :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran berikut :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.

2.Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi   kategoris.
Proposisi 1 dan 2 adalah premis.
Proposisi 3 adalah konklusi
Contoh: Semua pahlawan adalah orang berjasa Kartini adalah pahlawan
Jadi : Kartini adalah orang berjasa.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif(silogisme disjungtif) : proposisi mayornya merupakan proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung pilihan. Sebaliknya PMn adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi silogisme tergantung dari premis minornya, kalau premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
PMy : Ayah ada di kantor atau di rumah
PMn: Ayah ada di kantor
Konklusi : Sebab itu, ayah tidak ada di rumah
Atau :
PMy : Ayah ada di kantor atau di rumah
PMn: Ayah ada di kantor
Konklusi : Sebab itu, ayah ada di rumah
2. Entimen
Entimen adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yang kesusahan.
Kalau proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entimen, maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang kesusahan.”
3. Rantai Deduksi
            Rantai deduksi adalah Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula berupa merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.
Contoh :
Semua buah belimbing masam rasanya (hasil generalisasi)
Kali ini saya diberi lagi buah belimbing.
Sebab itu, buah belimbing ini juga pasti masa rasanya (deduksi)
Saya tidak suka buah-buahan yang masam rasanya (induksi: generalisasi)
Ini adalah buah belmbing masam
Sebab itu, saya tidak suka buah belimbing ini (deduksi)
Saya tidak suka makan apa saja, yang saya tidak senangi (induksi : generalisasi)
Saya tidak suka buah ini.
Sebab itu saya tidak memakannya (deduksi)
 Atau
Semua jamu pahit rasanya. (hasil generalisasi)
Kali ini saya diberi lagi jamu.
Sebab itu, jamu ini juga pasti pahit rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan minuman yang pahit rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini adalah jamu pahit.
Sebab itu, saya tidak suka jamu ini. (deduksi)
Saya tidak suka minum apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya tidak suka minuman ini.
Sebab itu saya tidak meminumnya. (deduksi)
Sumber :




You Might Also Like

0 komentar

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Subscribe