My Biography,RAHMARANI HAKIM

21.19

Rahmarani Hakim adalah seorang anak perempuan yang dilahirkan pada tanggal 23 November 1993 di Jakarta tepatnya di Rumah Sakit Budi Satria. Dia lahir pada pagi hari tepatnya pukul 10.00 WIB dengan berat 2,3 kg dan panjang sekitar 28 cm.Orang tua dari bayi ini memberikan nama Rahmarani Hakim karena terinspirasi oleh cendikiawan politik yang sedang berbincang - bincang di televisi, tokoh tersebut bernama Rahmat Rani. Namun, dikarenakan bayi yang terlahir adalah perempuan sedangkan yang tokoh tersebut laki – laki maka Ayah dari beliau ini memberikan nama Rahmarani. Nama belakang Hakim yang diberikan oleh orangtuanya pun juga tersiratkan makna doa agar anak perempuan ini akan menjadi wanita yang bijaksana.
            Bahkan apabila dalam Al Qur’an pun makna dari namanya adalah Rahma yang berarti pengasih, Hakim yang berarti bijaksana sedangkan dalam bahasa sansekerta Rani berarti ratu. Sehingga apabila di artikan secara keseluruhan nama tersebut menjadi ratu yang pengasih dan bijaksana. Sungguh nama yang begitu indah diberikan oleh Orangtua kepada anaknya. Tak lupa juga bahwa nama Hakim itu diberikan pula oleh ketiga anak beliau yang terdahulu, diantaranya adalah Lukman Hakim, Sofiawati Hakim, dan Arief Rahman Hakim dengan harapan anak – anaknya menjadi putra bangsa yang bijaksana.
            Sebelum Rani, panggilan dari anak tersebut ada di kandungan, sang ayah berkeinginan untuk mengadopsi anak perempuan dari kakak si Ibu, namun atas permintaan orang tua dari Ibu itu atau tak lain adalah kakek dari bayi perempuan ini maka si Ibu pun memutuskan untuk hamil.
            Semasa bayi perempuan itu masih dalam kandungan, banyak sekali peristiwa yang dialami oleh sang Ibu. Pertama, Ibu dari bayi itu tidak mengalami sakit perut saat ingin melahirkan anak tersebut. Kedua, Ibu selalu lemas dan lesu dan hanya mampu berjalan tertatih – tatih selama mengandung sang anak padahal si Ibu telah memenuhi kebutuhan pokoknya untuk makan makanan yang bergizi.. Ketiga, anak ini lahir dalam keadaan yang tidak biasa yakni dalam keadaan lipat pandan yang berarti bukan kepala yang lahir terlebih dahulu melainkan bokongnya atau orang – orang pada zaman itu menyebutnya “nyungsang”.  Selain nyungsang, Bayi ini pun lahir pada bulan ke-8 masa kandungan dan merupakan bayi prematur. Akan tetapi, bayi ini dilahirkan secara normal tanpa operasi sesar dan sesuai dengan keinginan Ayahnya.
            Saat masih bayi, ia dimandikan bukan dengan air melainkan dengan  minyak selama satu bulan karena dilahirkan secara prematur sehingga kulit yang ia miliki belum tumbuh secara sempurna. Takjubnya lagi bayi bernama Rani ini tidak dimasukkan kedalam ruang inkubator layaknya bayi prematur lainnya dengan alasan dia banyak minum
            Bayi itupun kian lama tumbuh makin besar. Di masa kanak – kanak dengan keceriaan layaknya anak pada umumnya. Pada Tahun 1997, Rani mulai memasuki jenjang pendidikan Taman Kanak – Kanak ( TK ) di TK Islam Asshabirin disaat umurnya masih berumur 4 tahun. Dia adalah anak perempuan yang masih lucu dan menggemaskan, tak ada tanda – tanda anak ini mengalami kelainan atau bahkan suatu keistimewaan sehingga putri kecil ini tumbuh secara normal.
            Akan tetapi, sebelum ia memasuki TK, terlebih dahulu ia belajar di PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini yang berada di kelurahan sekitar rumahnya.
            Pada Tahun 1999, Dia lulus dari Taman Kanak – Kanak tersebut dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Sekolah Dasar ( SD ) di SDN Duren Tiga 05 Pagi tepatnya berada di Jalan Guru Alif, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Sosialisasi bahkan perkembangan anak perempuan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Pada saat masih kelas 1 SD, dia sangat cepat menangkap materi pelajaran yang diajarkan di sekolah dan akhirnya pada saat  duduk di kelas 3 SD, Dia memperoleh peringkat satu. Suatu kebanggaan untuk salah satu putri bangsa Indonesia yang cukup berprestasi ini.
            Pada tahun ajaran berikutnya, Rani menjadi murid yang cukup pintar, sesuai atas harapan orangtua dalam namanya, yakni ia tak pernah memperoleh peringkat dibawah 3 besar sampai gelar lulus SD ia raih dan pada saat ini pula ia pernah memperoleh gelar juara 2 untuk lomba mengarang tingkat SD se kotamadya.
            Setelah ia lulus menempuh pendidikan Sekolah Dasar, ia melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di sekolah keinginannya yaitu SMP Negeri 43 Jakarta Selatan.
Disekolah itu, dia berkelakuan baik dan tidak pernah berbuat masalah. Bersosialisasi dengan lingkungan sekitarpun tak pernah ada hambatan.
Selama di SMP, Rani mulai senang menulis di buku harian yang ia miliki, semua ia ceritakan mulai dari cerita tentang masa pubertas yang dia alami di sekolah bersama teman lawan jenisnya, kehidupan bersama keluarganya, bahkan juga kepada guru – gurunya.
            Sesungguhnya Rani bukanlah anak yang dapat dikategorikan sebagai anak yang telah terlihat bakatnya sejak kecil, namun akibat kegemarannya menulis buku harian itulah ia menjadi terbiasa akan tulis menulis.
            Akan tetapi, terkadang bahasa yang ia gunakan untuk tulis – menulis masih kurang baik dikarenakan penguasaan kata – kata yang belum sempurna. Semasa SMP dulu, ia pernah berniat untuk membuat novel dengan inspirasi kehidupan remaja yang ia alami, mulai dari yang namanya pubertas yakni menyukai lawan jenis ataupun kehidupan remaja dalam masa peralihan yang membingungkan.
Selama di SMP, kehidupannya tidak terlalu istimewa. Prestasi yang diraih pun tak begitu memuaskan. Akan tetapi, pada saat kelas XI SMP Rani memperoleh nilai nem cukup memuaskan yaitu 34,80 dan akhirnya membawa ia untuk melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 55 Jakarta.
            Di SMA Negeri 55 Jakarta inilah, ia kembali menorehkan prestasi lumayan besar khususnya di kelas X berkat perjuangan kerasnya di SMP. Pada saat inilah, ia mulai mengenal dunia organisasi baik aktif dalam ekskul maupun MPK/OSIS.
            Selain memperoleh hak pendidikan secara formal, ia pun juga pernah mengikuti berbagai kursus dan bimbingan belajar untuk memperoleh pendidikan secara nonformal.
            Dia mencoba kursus di sebuah Masjid di bilangan Jakarta Selatan yang bernama Masjid Baiturrahim, Ditempat tersebut ia menimba ilmu bahasa Inggris bersama guru yang menurutnya sangat memotivasi. Guru itu bernama Miss Julie Rostina. Guru itulah yang hingga kini mampu memotivasi Rani untuk terus berkarya dan bermimpi besar karena keyakinan meraih mimpi itu telah ada didepan mata.
            Kehidupan seorang anak perempuan bernama Rani ini biasa saja, tak ada banyak sesuatu yang istimewa. Selama ini, Dia selalu diajarkan untuk selalu mandiri dan bertanggung jawab. Bahkan ia memiliki sifat – sifat yang terbilang cukup positif walaupun setiap manusia pasti memiliki kekurangan dalam dirinya.
            Rahmarani Hakim tidak hidup pada keluarga yang kaya namun ia hidup dalam lingkup keluarga sederhana, yang didalamnya hanya terdapat kasih sayang orangtua, kakak, ataupun seorang adik.
            Rani lahir sebagai putri bungsu  Akan tetapi, sang Ayah dan Ibunya tak pernah memanjakan Rani selayaknya orangtua yang memanjakan putri bungsunya.
            Rani ini senang memiliki banyak teman dan sahabat dikarenakan sifatnya yang terbuka kepada orang lain, selalu humoris dan terlihat ceria. Bahkan sejak duduk di kelas 4 SD, rani pernah mempunyai sahabat bernama Parwati Cemplon, Norie Novria, Trifenna Yosepha, Bima Suryandri, Aris Dwi, dan Azharuddin.
            Sedangkan pada saat berada di SMP, ia pun memiliki beberapa sahabat yakni Dwi Fefriany, Muhammad Haikal, dan Liya Nariyah. Sampai saat ini bahkan persahabatan Rani masih terus terjalin walaupun kadang jarak memisahkan mereka.
            Bersama teman – teman seperjuangannya, ia selalu bersikap setia kawan karena menurutnya setia kawan adalah salah satu pemicu tumbuhnya rasa persahabatan yang kokoh. Menurut teman – temannya, Rani adalah seseorang yang mampu membuat orang – orang disekitarnya senang apabila ia sedang senang dan Rani adalah seseorang yang masih bisa dikategorikan orang yang moody atau melakukan sesuatu berdasarkan suasana hati yang ia alami.
            Satu keistimewaan yang Rani lakukan pada saat ia duduk di bangku SMA, yaitu ia beserta kawan – kawan seperjuangan mendirikan sebuah komunitas kecil yang kreatif dan peduli lingkungan yang bernama ANKREPELI. Sesuai namanya, Rani belajar untuk menjadi wanita yang bijaksana dalam memimpin.
            Di SMA, kiprahnya dalam organisasi cukup signifikan sehingga prestasi akademik yang ia peroleh mengalami penurunan yang cukup drastis, membuat Ayahnya agak sedikit kecewa. Akan tetapi, ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi karena menurutnya hidup itu penuh tantangan.
            Seorang ilmuwanpun tak semuanya yang berhasil karena prestasi akademik yang mengalami keberhasilan, akan tetapi mencoba dan mencoba lah yang membuat dirinya menjadi sukses dan berhasil.
            Sesungguhnya Rani bukanlah hanya seorang figur remaja yang ada dimasa kini, namun ia berani untuk melakukan suatu perubahan besar menghadapi tantangan hidup dengan masalah -  masalah yang dihadapi dalam setiap pengorbanannya di organisasi. Tak hanya di Organisasi saja, Rani pun rela berkorban demi kehidupan keluarganya yang kini cukup harmonis.
            Selama ini, Rani selalu ingin fokus pada impiannya untuk melanjutkan pendidikan keluar negeri dan membuat suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat, karena menurutnya sebagai putra bangsa itu, kita harus mampu membawa nama bangsa kita atas bangsa lain.
            Rani berasal dari keluarga asli Jakarta atau biasa disebut Suku Betawi. Layaknya keluarga betawi pada umumnya, maka Rani memiliki keluarga besar baik dari Ayah maupun Ibunya. Kehidupan spiritual Rani cukup kental akan nuansa Islam. Sehingga atas panggilan hati, dia mengenakan jilbab sebagai penutup aurat semenjak tanggal 01 Oktober 2009.
            Kini Rani tinggal bersama kedua orangtuanya dan kedua kakaknya, sedangkan kakaknya yang pertama telah menikah dan memiliki kehidupan sendiri. Saat ini, hanya Rani lah satu – satunya dalam keluarga yang masih sekolah, sedangkan kedua kakak Rani telah bekerja dan kuliah di salah satu Universitas yang cukup terkenal.
            Semasa SMA, Rani pun masih mencoba untuk menyalurkan hobi menulisnya, walaupun bukan dengan cara menulis buku harian, akan tetapi menggunakan blog secara online. Rani pun cukup mampu membuat puisi – puisi apabila hati dan perasaan yang ia miliki sedang ingin diungkapkan.
            Mimpi – mimpi besar yang ia miliki mampu memotivasinya untuk lebih berkarya walaupun ia masih SMA.
            Hingga saat ini, Rani benar -  benar memiliki mimpi untuk pergi melanjutkan belajar di Luar Negeri. Semoga di umurnya yang masih belia, dia mempu mengukir sejarah prestasi putra – putri Indonesia dimata dunia Internasional, karena baginya bila ada kemauan yang kuat maka pasti akan banyak jalan.
            Kehidupan bagi Rani adalah sebuah tantangan yang harus disyukuri dan dihadapi. Sehingga Rani selalu menghadapi hidup dengan apa adanya, mencoba untuk tidak mengeluh pada apa yang telah kita dapatkan.
            

You Might Also Like

0 komentar

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Subscribe